Usulan Penelitian
PENGOLAHAN ELEKTROKOAGULASI
TERHADAP KADAR FOSFAT PADA LIMBAH CAIR BUBLE LAUNDRY DI SELOMARTANI KALASAN
SLEMAN
Diajukan
Oleh :
ARIS
TRI SUSILO
NIM
: PO7133109007
KEMENTERIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK
KESEHATAN YOGYAKARTA
KESEHATAN
LINGKUNGAN
2011
A.
Latar
Belakang
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan
setelah udara. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air
dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4 – 5 hari tanpa minum
air. Selain itu, air juga digunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan
membersihkan kotoran yag ada di sekitar rumah. Air juga digunakan untuk
keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi,
transportasi, dan lain-lain. Penyakit-penyakit yang menyerang manusia dapat
ditularkan dan disebarkan melalui air (Chandra, 2002).
Dewasa ini, perkembangan industri
sangat pesat, baik industri dengan skala kecil maupun skala besar. Dengan bertambahnya industri, kemungkinan terjadinya
pencemaran air semakin besar. Dalam melakukan kegiatannya industri menimbulkan
hasil samping yang berupa limbah. Limbah tersebut harus dikelola sebelum di
buang ke lingkungan.
Sebagian besar industri mengalirkan
buangan limbah cairnya ke aliran-aliran air disekitarnya, sehingga akan
menyebabkan beberapa hal, seperti aliran air semakin tercemar, merusak tatanan
kehidupan air (ikan, mikroorganisme, dan lain-lain), merusak ketersediaan air
untuk kepentingan umum (misalnya: fasilitas rekreasi dan fasilitas belanja)
serta tidak layak sebagai sumber persediaan air bersih. Aliran air tersebut
juga tidak menjadi sehat sebagai persediaan air industri. Untuk mencegah
terjadinya akibat-akibat tersebut, maka diadakan suatu upaya pengawasan atau
pemantauan terhadap limbah cair yang dibuang (Mahida, 1984)
Dalam undang–undang nomor 32 tahun
2009 : Kegiatan
pembangunan mengandung risiko terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Kondisi ini dapat mengakibatkan daya dukung, daya tampung, dan produktivitas
lingkungan hidup menurun yang pada akhirnya menjadi beban sosial. Oleh karena itu,
lingkungan hidup Indonesia harus dilindungi dan dikelola dengan baik
berdasarkan asas tanggung jawab negara, asas keberlanjutan, dan asas keadilan.
Selain itu, pengelolaan lingkungan hidup harus dapat memberikan kemanfaatan
ekonomi, sosial, dan budaya yang dilakukan berdasarkan prinsip kehati-hatian,
demokrasi lingkungan, desentralisasi, serta pengakuan dan penghargaan terhadap
kearifan lokal dan kearifan lingkungan. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup menuntut dikembangkannya suatu sistem yang terpadu berupa suatu kebijakan
nasional perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang harus dilaksanakan
secara taat asas dan konsekuen dari pusat sampai ke daerah.
Di
Yogyakarta, sekarang ini industri kecil laundry berkembang sangat pesat. Akan tetapi
berkembang pesatnya industri kecil laundry tersebut memberikan efek negatif
bagi lingkungan, karena sebagian besar industri laundry membuang limbah
langsung ke badan air atau sungai tanpa melalui pengolahan lebih dulu.
Hal
tersebut dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan, karena limbah laundry
mengandung phosphate yang cukup banyak. Fosfat ini berasal dari Sodium Tripolyphosphate (STPP) yang
merupakan salah satu bahan yang kadarnya besar dalam detergen. Dalam detergen,
STPP ini berfungsi sebagai builder yang
merupakan unsur penting kedua setelah surfaktan karena kemampuannya
menonaktifkan mineral kesadahan dalam air sehingga detergen dapat bekerja
secara optimal (Hera, 2003). Keberadaan phospat dalm air akan menyebabkan
eutrofikasi. Eutrofikasi adalah pencemaran air
yang disebabkan oleh munculnya nutrien yang berlebihan ke dalam ekosistem air.
Air dikatakan eutrofik jika konsentrasi total fosforus (TP) dalam air berada
dalam rentang 35-100 µg/L. Sejatinya, eutrofikasi merupakan sebuah proses
alamiah di mana danau mengalami penuaan secara bertahap dan menjadi lebih
produktif bagi tumbuhnya biomassa. Dengan pertumbuhan biomassa yang berlebihan
akan mengakibatkan oksigen terlarut dalam air berkurang, sehingga organisme dalam
air akan kekurangan oksigen dan akan mati.( Efendi, 2007)
Selain keracunan dalam darah, fosfat
yang tinggi dapat mengakibatkan iritasi pada mukosa saluran pencernaan dengan
gejala mual, muntah, sakit perut, pendarahan pada saluran pencernaan, asododis
dan shock ( siswanto, 1991 )
Badan Lingkungan Hidup Yogyakarta juga
telah menggalakkan razia laundry yang tidak sesuai izin usaha. Sebagian besar
laundry membuang limbah ke sungai tanpa di olah lebih dulu. BLH Yogyakarta juga
akan menindak tegas para pemilik laundry yang tidak memenuhi persyaratan baku
mutu lingkungan. Sehingga para pemilik laundry di wajibkan untuk melakukan
pengolahan limbah sebelum dibuang ke badan air. Kepala BLH kota Yogyakarta
mengatakan, limbah dari jasa laundry yang tidak ramah lingkungan bisa berakibat
pada rendahnya kualitas air. Jika hal ini tidak diantisipasi sejak dini, maka
berbagai penyakit seperti gatal, diare serta penyakit kulit lain sangat mungkin
terjadi. (Kedaulatan Rakyat, 26 Mei 2010)
Elektrokoagulasi merupakan
suatu proses koagulasi kontinyu dengan menggunakan arus listrik searah melalui
peristiwa elektrokimia, yaitu gejala dekomposisi elektrolit, dimana salah satu
elektrodanya terbuat dari aluminium. Dalam proses ini akan terjadi proses
reaksi reduksi dimana logam-logam akan direduksi dan diendapkan di kutub
negatif, sedangkan elektroda positif (Fe) akan teroksidasi menjadi [Fe (OH)3]
yang berfungsi sebagai koagulan.
Fosfat akan berekasi dengan
ion besi dan aluminium. Reaksi ini membentuk besi fosfat atau aluminium fosfat.
Proses elektrolisis diperlukan 2 elektroda, sumber electron arus listrik dan
larutan elektrolit. Electron dihasilkan oleh suatu sumber arus searah yang
dihubungkan dengan elektroda. ( Farid, 2006)
Kelebihan Elektrokoagulasi
dalam pengolahan limbah sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu, tetapi
nanti abad 20 ini telah ditemukan berbagai pengembangan teknologi tentang elektrokoagulasi, berikut ini kelebihan dari elektrokoagulasi :
1. Elektrokoagulasi memerlukan peralatan sederhana dan mudah
untuk dioperasikan.
2. Flok yang dihasilkan elektrokoagulasi ini sama dengan flok
yang dihasilkan koagulasi biasa.
3. Keuntungan dari elektrokoagulasi ini lebih cepat mereduksi
kandungan koloid/partikel yang paling kecil, hal ini disebabkan pengaplikasian
listrik kedalam air akan mempercepat pergerakan mereka didalam air dengan
demikian akan memudahkan proses.
4. Gelembung - gelembung gas yang dihasilkan pada proses
elektrokoagulasi ini dapat membawa polutan ke atas air sehingga dapat dengan
mudah dihilangkan.
5. Dapat memberikan efisiensi proses yang cukup tinggi untuk berbagai
kondisi, dikarenakan tidak dipengaruhi temperatur.
6. Tidak diperlukan pengaturan pH.
7. Tanpa menggunakan bahan kimia tambahan.
Ada beberapa kekurangan
elektrokoagulasi ini, berikut ini kekurangan dari proses elektrokoagulasi :
1. Tidak dapat digunakan untuk mengolah limbah cair yang
mempunyai sifat elektrolit cukup tinggi dikarenakan akan terjadi hubungan
singkat antar elektroda.
2. Besarnya reduksi zat pncemar
dalam limbah cair dipengaruhi oleh besar kecilnya arus voltase listrik
searah pada elektroda, luas sempitnya bidang kontak elektroda dan jarak antar
elektroda.
3. Penggunaan listrik yang mungkin mahal.
4. Batangan anoda yang mudah mengalami korosi sehingga harus
selalu diganti
Oleh karena itu,
elektrokoagulasi dapat digunakan sebagai alternatif pengolahan limbah cair
laundry. Hal tersebut karena aplikasi teknologi elektrokoagulasi yang mudah
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah
pengaruh elektrokoagulasi terhadap kadar
fosfat limbah cair laundry?
2. Apakah
penurunan kadar fosfat sudah sesuai dengan Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta No.281/KPTS/1998?
C.
Tujuan
1.
Tujuan
Umum
Penurunan kadar fosfat
limbah laundry agar tidak dapat menimbulkan gangguan-gangguan baik secara
ekonomis, teknis, dan kesehatan.
2.
Tujuan
Khusus
a) Dapat
mengetahui efektivitas pengolahan elektrokoagulasi terhadap kadar fosfat.
b) Dapat
mengetahui penurunan kadar fosfat dengan
pengolahan elektrokoagulasi
c) Mengetahui
penurunan kadar fosfat dengan pengolahan
elektrokoagulasi sesuai dengan baku mutu menurut Keputusan Gubernur DIY No.281/KPTS/1998
D. Ruang Lingkup Penelitian
1. Materi
Penelitian ini termasuk dalam
salah satu ilmu kesehatan lingkungan, yaitu mata kuliah PAPLC.
2. Lokasi
penelitian
Penelitian dilaksanakan
usaha laundry di Selomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta
3. Variabel
penelitian
a)
Variabel
bebas
Pengolahan dengan
elektrokoagulasi
b)
Variabel
terikat
Kadar fosfat pada limbah
cair laundry di Selomartani, Kalasan, Sleman Yogyakarta
4. Waktu
penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret – Agustus 2011.
E.
Manfaat
1.
Bagi
Pengelola
a)
Mengetahui
tingkat pencemaran limbah laundry
b)
Sebagai
alternatif bagi pengelola dalam
pengolahan limbah cair laundry
2.
Bagi
peneliti
Sebagai salah satu sarana
menambah wawasan ilmu pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan melatih menulis
Karya Tulis Ilmiah
3.
Bagi
pemerintah
a)
Dapat
melakukan pengawasan terhadap kualitas limbah cair usaha laundry
b)
Dapat memberikan masukan tentang penanganan limbah cair usaha laundry
F. Variabel penelitian dan Definisi Operasional
1.
Variable
Bebas
Variable
bebas dalam penelitian ini adalah pengolahan elektrokoagulasi terhadap kadar fosfat pada
limbah cair laundry di selomartani kalasan sleman
Definisi Operasional :
Variasi waktu kontak terhadap elektroda 0 menit, 5 menit,
10 menit, 15 menit, 30 menit, 45 menit dan 60 menit. Variasi 12 Volt dengan
pemasangan alumunium sebagai katoda dan stainless
steel sebagai anoda, Variasi jarak elektroda 1,5 cm dan 3 cm.
Skala : nominal
2.
Variable
Terikat
Variable terikat dalam penelitian ini adalah kadar fosfat
dalam limbah cair laundry.
Definisi operasional :
Selisih kadar fosfat sebelum dan sesudah perlakuan limbah
cair laundry dengan satuan mg/L
Skala : ratio
3.
Variable
Pengganggu
Variable pengganggu dari penelitian ini adalah fosfat
ketika hujan, terjadi pengenceran limbah cair
G.
Keaslian
Penelitian
Penelitian
ini belum pernah dilakukan oleh peneliti lain, khususnya penelitian mengenai
pengolahan elektrokoagulasi terhadap kadar fosfat dan pada limbah cair buble
laundry di Selomartani Kalasan Sleman. Ada beberapa peneliti yang melakukan
penelitian dengan menggunakan media filter zeolit dan pasir atau penelitian
tentang parameter fosfat dan BOD. Diantaranya adalah sebagai berikut :
1.
Pengaruh Pengolahan Secara Koagulasi Sedimentasi,
Wetland Terhadap Kadar Fosfat dan COD Limbah Cair Laundry X di Purwomartani
(Triana Herawati, 2009)
2.
Pengaruh
Pengolahan dengan Koagulasi Sedimentasi Ganda Aerobik Biofilter dan Kolam
Stabilisasi Kangkung Terhadap Kadar BOD dan Detergen Limbah Cair Istana
Laundry Yogyakarta (Husna Hayati, 2002)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar